Skip to content
kuliner ekstrim
Menu
Menu
Berani Coba? Ini Rasanya Makan Paniki, Kelelawar Hitam Khas Sulawesi!

Berani Coba? Ini Rasanya Makan Paniki, Kelelawar Hitam Khas Sulawesi!

Posted on 25/05/2025

Paniki, si kelelawar hitam khas Sulawesi, bukanlah santapan biasa. Bagi masyarakat Minahasa, paniki adalah bagian dari budaya dan kuliner ekstrem yang kaya rempah dan rasa.

Berani Coba? Ini Rasanya Makan Paniki, Kelelawar Hitam Khas Sulawesi!
Dibawah  ini Kuliner Ekstrim akan mengupas pengalaman makan daging kelelawar mulai dari proses memasak, cita rasa unik yang gurih-pedas, hingga kontroversi seputar etika dan kesehatan. Siap menjelajah rasa liar khas hutan Sulawesi? Temukan cerita lengkapnya di sini, dan tentukan sendiri berani coba, atau cukup jadi penonton?

tebak skor hadiah pulsa  

Daftar Isi

  • Apa Itu Paniki?
  • Bagaimana Rasanya Daging Kelelawar?
  • Proses yang Tak Boleh Sembarangan
  • Mengapa Orang Sulawesi Makan Paniki?
  • Kesimpulan

Apa Itu Paniki?

Paniki adalah sebutan lokal untuk kelelawar pemakan buah berukuran besar yang hidup liar di hutan-hutan tropis Sulawesi. Paniki bukan kelelawar sembarangan. Jenis ini memiliki bentang sayap yang bisa mencapai satu meter, tubuhnya berwarna hitam legam, dan dikenal sebagai kelelawar buah raksasa.

Masyarakat Minahasa telah mengonsumsi daging paniki sejak ratusan tahun lalu. Bagi mereka, paniki adalah bagian dari keberagaman protein hewani yang tersedia di alam. Dagingnya diolah dengan berbagai bumbu khas Minahasa yang terkenal pedas dan kaya rempah. Dalam budaya lokal, paniki juga dipercaya memiliki khasiat tertentu, meskipun belum terbukti secara ilmiah.

Bagaimana Rasanya Daging Kelelawar?

Ini dia pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh wisatawan atau orang luar yang mendengar soal paniki Apa rasanya makan kelelawar?

Menurut banyak orang yang pernah mencobanya, daging paniki memiliki tekstur mirip daging burung merpati atau ayam kampung, tapi lebih liat dan berserat. Aromanya cukup tajam, terutama jika tidak dibersihkan dengan benar. Karena itulah, pengolahan paniki membutuhkan proses yang sangat teliti.

Paniki dimasak dengan bumbu rica-rica campuran cabai, bawang, serai, daun jeruk, jahe, dan kunyit. Perpaduan ini menciptakan rasa yang sangat kuat, pedas, dan aromatik, yang mampu menetralkan bau khas dari daging kelelawar. Ada juga yang memasaknya dengan bumbu woku, jenis bumbu khas Manado dengan cita rasa segar dan pedas.

Rasa dagingnya sendiri? Jika ditanya jujur, gurih, sedikit manis (karena kelelawar adalah pemakan buah), dan memiliki aftertaste sedikit pahit di lidah. Pengalaman makan paniki bisa sangat menggugah selera atau menjadi cerita unik tak terlupakan, tergantung seberapa kuat rasa petualangmu.

Baca Juga: Berani Coba? Kuliner Ekstrem Kepiting Tapal Kuda Khas Vietnam

Proses yang Tak Boleh Sembarangan

Proses yang Tak Boleh Sembarangan

Memasak paniki bukan pekerjaan sembarangan. Butuh kehati-hatian dan keahlian khusus karena kelelawar adalah hewan liar yang bisa membawa penyakit jika tidak ditangani dengan benar.

Pertama-tama, kelelawar dibakar bulu dan sayapnya untuk menghilangkan rambut halus serta membunuh bakteri di permukaan kulit. Setelah itu, perutnya dibelah dan bagian organ dalam dibuang. Daging kemudian direndam dengan air jeruk nipis atau cuka agar aroma menyengatnya berkurang.

Baru setelah proses pembersihan selesai, daging dipotong-potong dan dimasak dengan bumbu pedas seperti rica-rica atau woku. Banyak juru masak tradisional juga menambahkan daun kemangi dan tomat untuk memperkuat aroma segar serta menambah lapisan rasa pada hidangan.

Mengapa Orang Sulawesi Makan Paniki?

Konsumsi paniki berakar kuat dalam budaya lokal. Dalam tradisi Minahasa, masyarakat dikenal sebagai petualang rasa yang berani mengeksplorasi berbagai jenis hewan sebagai sumber protein, dari ular, tikus hutan, sampai anjing. Paniki berada di antara kuliner ekstrem yang dianggap lezat dan eksotis.

Selain sebagai makanan sehari-hari, paniki juga sering disajikan dalam perayaan adat, upacara keagamaan, dan pesta keluarga. Bagi sebagian masyarakat, menyajikan paniki menunjukkan penghargaan terhadap tamu atau simbol kemakmuran karena paniki dianggap daging yang cukup mahal dan eksklusif.

Kesimpulan

Paniki bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol dari tradisi, keberanian, dan cerita panjang masyarakat Sulawesi Utara yang menjadikan alam sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Rasanya unik, pengolahannya menantang, dan kisah di baliknya begitu dalam. Namun di balik semua itu, kita juga diajak berpikir ulang: sejauh mana kita siap mengeksplorasi kekayaan kuliner Nusantara yang belum tentu semua orang sanggup mencicipinya?

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya mengenai Kuliner Extrim lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari food.detik.com
  2. Gambar Kedua dari indonesiakaya.com

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Farofa de Formiga: Salah Satu Kuliner Ekstrim dari Brasil
  • Berani Coba? Ini Rasanya Makan Paniki, Kelelawar Hitam Khas Sulawesi!
  • Sourtoe Cocktail: Minuman Ekstrem Kanada Berbahan Jari Kaki Manusia!
  • Berani Coba? Kuliner Ekstrem Kepiting Tapal Kuda Khas Vietnam
  • Mengenal “Gau Jal”, Minuman Ekstrem Dari India yang Berbahan Kencing Sapi!

Categories

  • KULINER AFRIKA
  • KULINER AMERIKA
  • KULINER ASIA
  • KULINER EKSTREM
  • KULINER EROPA
  • MAKANAN EKSTRIM AFRIKA
  • MAKANAN EKSTRIM BRASIL
  • MAKANAN EKSTRIM INDIA
  • MAKANAN EKSTRIM INDONESIA
  • MAKANAN EKSTRIM THAILAND
  • MAKANAN EKSTRIM VIETNAM
  • MINUMAN EKSTRIM
Rekomendasi Informasi Terpercaya
  • https://abkhaziya.net/
  • https://09dis.com/
  • https://friendsoflimekilnsociety.org/
  • https://foodfunandfotos.com/
  • https://travelingaja.com/
  • https://clarogaming.gg/
  • https://viralfirstnews.com/
  • https://storyups.com/
  • https://scroll-viewport.io/
Topik Menarik
  • TRAVELGO
  • FULLTUTOR
  • KELILING DUNIA
  • MAKAN-MAKAN
  • JALAN-JALAN
  • V-GAME
  • POSVIRAL
  • CERITAYOO
  • VIEWNEWZ
©2025 Kuliner Ekstrim | Design: Newspaperly WordPress Theme