Makanan ekstrem selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta kuliner yang ingin mencoba sensasi berbeda, yaitu cicak goreng.
Meski terasa asing dan menantang bagi sebagian orang, cicak goreng ternyata sudah mulai masuk ke dalam daftar kuliner di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur. Dibawah ini Kuliner Ekstrim akan mengulas lebih dalam mengenai cicak goreng dari berbagai aspek.
Daftar Isi
Asal-Usul & Popularitas Cicak Goreng
Cicak goreng mulai dikenal luas sebagai makanan ekstrem setelah viral di media sosial pada tahun 2019. Makanan ini pertama kali dikenal di wilayah Kecamatan Sukun, Malang, Jawa Timur, di mana cicak goreng dijual dengan klaim rasa yang gurih dan renyah.
Pemilik usaha kuliner ini menggunakan cicak asin yang diolah melalui proses perendaman dan pengeringan sebelum digoreng hingga krispi. Viralitas cicak goreng membuat banyak orang penasaran sekaligus tertantang untuk mencoba, menjadikannya semacam tren kuliner ekstrem di kalangan masyarakat pecinta sensasi berbeda.
Proses Pengolahan Cicak Goreng
Pengolahan cicak goreng tidak sembarangan karena membutuhkan proses yang cukup telaten agar hasilnya aman dan lezat. Cicak asin direndam dalam bak khusus untuk menghilangkan kotoran dan bau amis. Setelah itu, cicak-cicak ini dijemur atau dikeringkan hingga teksturnya lebih padat dan siap digoreng.
Proses penggorengan lalu dilakukan hingga cicak berubah menjadi kriuk dan kering. Biasanya para pelaku usaha melibatkan beberapa orang dalam proses pengolahan ini untuk memastikan kebersihan dan kualitas. Proses ini sangat menentukan rasa dan tingkat kerenyahan cicak goreng.
Baca Juga:
Rasa dan Tekstur yang Unik
Menurut pelanggan yang sudah mencoba cicak goreng, rasanya agak mirip dengan udang goreng atau belalang goreng yang gurih dan renyah. Teksturnya gepeng dengan tulang belakang dan kaki yang masih terlihat utuh, memberikan sensasi makan yang berbeda dibandingkan cemilan biasa.
Meski bagi sebagian orang mungkin terasa menjijikkan, namun ada kelompok pecinta kuliner ekstrem yang mengapresiasi rasa adalah kombinasi gurih dan garing ini. Rasa tersebut berhasil membuat cicak goreng menarik bagi yang ingin eksplorasi rasa di luar makanan konvensional.
Respon Publik dan Kontroversi
Kehadiran cicak goreng di pasar kuliner tak lepas dari berbagai respon. Di media sosial, sebagian orang merasa jijik dan menolak adanya makanan yang dibuat dari cicak karena dianggap kurang higienis dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, seperti risiko bakteri Escherichia Coli.
Ada juga yang mengingatkan bahwa cicak secara tradisional digunakan sebagai obat asma dan tentu saja bukan sebagai makanan sehari-hari. Namun tak sedikit pula netizen yang penasaran dan mendukung adanya inovasi kuliner yang berani mengeksplorasi bahan makanan tak lazim.
Cicak Goreng Dalam Perspektif Kuliner Ekstrem Asia
Kuliner ekstrem bukan hal baru di Asia, dan cicak goreng termasuk dalam daftar makanan unik yang berani menyentuh batas kebiasaan makan umum. Di beberapa negara Asia, hidangan dari hewan liar atau serangga sering dijajakan sebagai makanan khas tradisional, seperti nasi cicak panggang di Vietnam atau laba-laba goreng di China.
Cicak goreng mengikuti tradisi tersebut sebagai bagian dari keanekaragaman kuliner yang menunjukkan bagaimana budaya dan kreativitas kuliner berperan dalam menghadirkan pengalaman makan yang unik dan berbeda.
Kesimpulan
Cicak goreng memang bukan untuk semua orang, terutama mereka yang sensitif terhadap makanan non-konvensional. Namun, fenomena kuliner ini memperlihatkan keberanian dan kreativitas dalam dunia makanan yang tidak pernah berhenti berkembang.
Melalui pemahaman, keterbukaan, dan edukasi tentang cara pengolahan yang benar. Cicak goreng berpeluang menjadi menu yang eksotis sekaligus menguntungkan bagi bisnis kuliner ekstrem di masa depan. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya hanya di Kuliner Extrim.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari food.detik.com
- Gambar Kedua dari m.kaskus.co.id