Daftar Isi
Asal-Usul Khasi Blood Sausage
Khasi Blood Sausage, dikenal juga dengan nama lokal “Doh Snam”, berasal dari suku Khasi salah satu komunitas etnis utama di Meghalaya, India Timur Laut. Hidangan ini telah ada sejak ratusan tahun lalu dan biasa disajikan saat perayaan, panen, atau acara adat penting.
Suku Khasi memiliki hubungan erat dengan alam dan hewan ternak. Tidak heran bila mereka memanfaatkan hampir seluruh bagian dari hewan yang dikurbankan, termasuk darahnya. Khasi Blood Sausage merupakan simbol rasa hormat terhadap hewan yang dikorbankan dan mencerminkan filosofi “tidak ada yang terbuang”.
Proses Pembuatan yang Unik dan Tradisional
Pembuatan Doh Snam melibatkan proses yang cukup kompleks dan memerlukan kehati-hatian. Pertama, darah segar dari babi dikumpulkan saat penyembelihan. Darah ini kemudian dicampur dengan rempah-rempah khas seperti lada hitam, bawang putih, jahe, dan daun bawang. Terkadang, nasi atau remah-remah roti juga ditambahkan untuk memberikan tekstur dan menyerap cairan.
Campuran ini kemudian dimasukkan ke dalam usus babi yang telah dibersihkan mirip dengan teknik pembuatan sosis di Eropa. Sosis tersebut kemudian direbus atau dipanggang hingga matang. Hasilnya adalah sosis gelap, padat, dan aromatik, dengan cita rasa yang gurih, pedas, dan sedikit metallic karena kandungan darahnya.
Baca Juga: Doh Khlieh: Salah Satu Makanan Tradisional Ekstrem dari India!
Rasa yang Tidak Biasa, Tapi Kaya Tradisi
Bagi yang belum pernah mencicipinya, Khasi Blood Sausage bisa terasa ekstrem. Aroma darah yang kuat, tekstur agak kenyal, dan rasa rempah yang pekat mungkin mengejutkan. Namun bagi masyarakat Khasi, rasa inilah yang membangkitkan kenangan masa kecil, hangatnya berkumpul bersama keluarga, dan momen-momen perayaan.
Banyak wisatawan kuliner yang penasaran mencoba Doh Snam demi pengalaman baru. Beberapa menggambarkannya sebagai perpaduan antara sosis hitam Skotlandia (black pudding) dan kebab pedas khas India. Unik dan penuh karakter.
Khasi Blood Sausage Dalam Budaya Lokal
Di luar rasa, Khasi Blood Sausage menyimpan makna budaya yang dalam. Dalam upacara adat seperti Ka Pomblang Nongkrem, hidangan ini sering disajikan sebagai bagian dari persembahan kepada leluhur dan dewa. Kehadiran Doh Snam menandai momen penting dalam siklus hidup masyarakat mulai dari kelahiran, kematian, hingga pernikahan.
Banyak keluarga di Meghalaya memiliki resep rahasia tersendiri yang diwariskan turun-temurun. Tak jarang, proses memasaknya dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga, menjadikannya aktivitas sosial sekaligus ritual.
Antara Kontroversi dan Apresiasi Global
Dengan meningkatnya minat terhadap kuliner ekstrem dan eksotis, Khasi Blood Sausage mulai dikenal di kalangan pencinta kuliner global. Beberapa restoran di Shillong ibu kota Meghalaya bahkan menyajikannya dengan sentuhan modern, seperti dipadukan dengan salad atau nasi aromatik.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hidangan ini juga menuai kontroversi. Beberapa kelompok menolak konsumsi darah hewan karena alasan etis atau agama. Namun bagi komunitas lokal, Doh Snam bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas dan warisan budaya.
Kesimpulan
Khasi Blood Sausage bukanlah makanan yang bisa dinikmati oleh semua orang baik karena rasanya yang kuat maupun bahan bakunya yang tidak biasa. Namun di balik penampilannya yang ekstrem, tersimpan kekayaan budaya, sejarah, dan filosofi hidup dari masyarakat Khasi.
Bagi para penjelajah rasa sejati, Doh Snam adalah lebih dari sekadar hidangan: ia adalah cerita tentang komunitas, tradisi, dan keberanian untuk mencicipi sesuatu yang berbeda. Jika suatu hari Anda menginjakkan kaki di dataran tinggi Meghalaya, jangan ragu untuk mencobanya dan temukan sensasi kuliner yang tak terlupakan.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari timesofindia.indiatimes.com
- Gambar Kedua dari m.youtube.com