Hakarl adalah hidangan tradisional Islandia yang terbuat dari daging hiu Greenland yang difermentasi dan dikeringkan selama beberapa bulan.

Hidangan ini dikenal luas karena baunya yang kuat dan rasanya yang tajam, yang seringkali digambarkan mirip dengan amonia. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi yang menarik lainnya tentang seputaran Kuliner Ekstrim.
Daftar Isi
Mengenal Hakarl Warisan Kuliner Viking
Hakarl adalah makanan tradisional khas Islandia yang terbuat dari hiu Greenland, salah satu spesies hiu tertua di dunia. Hidangan ini telah menjadi bagian penting dari diet masyarakat Islandia sejak zaman Viking. Bangsa Viking yang menduduki Islandia pertama kali memperkenalkan praktik pengolahan hiu Greenland menjadi makanan yang bisa dikonsumsi.
Daging hiu Greenland segar mengandung kadar urea yang tinggi dan bisa beracun jika langsung dimakan. Untuk itu, masyarakat Islandia mengembangkan metode fermentasi untuk menghilangkan zat berbahaya ini. Teknik ini sudah diterapkan sejak abad ke-8, menunjukkan tradisi kuliner yang kuat dan pengetahuan adaptasi lingkungan yang unik.
Selain sebagai makanan sehari-hari, Hakarl juga menjadi hidangan khas dalam festival musim dingin Þorrablót. Festival ini merayakan tradisi dan sejarah bangsa Viking, sekaligus menjaga kelestarian kuliner lokal yang ekstrem namun bernilai budaya tinggi.
Proses Pembuatan Hakarl yang Unik
Proses pembuatan Hakarl tergolong panjang dan unik. Daging hiu pertama-tama dicuci bersih dan dipotong menjadi bagian besar sebelum disiapkan untuk fermentasi. Potongan daging kemudian ditempatkan dalam kontainer khusus atau dikubur di bawah tanah berkerikil.
Tujuan dari penguburan ini adalah untuk mengeluarkan cairan beracun dari tubuh hiu Greenland. Daging hiu dibiarkan membusuk selama 6 hingga 8 minggu di bawah tumpukan bebatuan. Setelah periode ini, daging digali kembali, dibersihkan, dan digantung untuk dikeringkan.
Proses pengeringan berlangsung selama 2 hingga 4 bulan, di mana daging hiu akan berkembang lapisan putih jamur yang harus dibersihkan sebelum disajikan. Hasil akhirnya adalah Hakarl berwarna cokelat dengan tekstur kering di bagian luar, siap dinikmati sebagai hidangan tradisional Islandia.
Baca Juga: Berani Coba? Eri Polu dan Sensasi Makanan Ekstrim India
Sensasi Rasa dan Aroma Hakarl

Rasa Hakarl bisa menjadi pengalaman ekstrem bagi yang belum terbiasa. Aromanya tajam dan menyengat, sering digambarkan mirip dengan amonia. Saat dicicipi, rasa Hakarl terasa gurih dengan sensasi fermentasi yang kuat di hidung, mirip dengan keju matang atau ikan asin yang intens.
Namun, bagi masyarakat Islandia, Hakarl justru terasa sedikit manis dan tawar. Tradisi ini menunjukkan bahwa pengalaman rasa bisa sangat subjektif dan terkait dengan budaya. Untuk menyeimbangkan after-taste, Hakarl biasanya dinikmati bersama Brennivín, minuman alkohol khas Islandia dengan kadar tinggi.
Sensasi mencicipi Hakarl menjadi ujian keberanian sekaligus penghargaan terhadap tradisi. Bagi penikmat kuliner ekstrem, aroma tajam dan rasa unik ini justru menjadi daya tarik tersendiri yang tidak ditemukan di hidangan lain.
Kontroversi dan Apresiasi Hakarl di Mata Dunia
Hakarl selalu menjadi topik kontroversial di mata dunia kuliner. Beberapa chef selebriti, seperti Anthony Bourdain dan Gordon Ramsay, pernah mencoba Hakarl dan menggambarkannya sebagai makanan yang ekstrem, bahkan sulit diterima lidah.
Di sisi lain, masyarakat Islandia menilai Hakarl sebagai warisan budaya yang berharga. Proses fermentasi dan pengeringan membuat hiu Greenland yang awalnya beracun menjadi aman dan bergizi. Hidangan ini juga menjadi simbol adaptasi masyarakat terhadap lingkungan yang keras.
Perburuan hiu Greenland menuai protes dari lembaga internasional seperti WWF, namun bagi Islandia, Hakarl adalah bagian identitas budaya yang perlu dilestarikan. Hidangan ini menunjukkan bahwa kuliner tradisional bisa menjadi sarana mempertahankan sejarah dan warisan bangsa.
Manfaatkan waktu Anda untuk mengeksplorisasi ulasan yang menarik lainnya mengenai kuliner ekstrim Indonesia hanya di Kuliner Ekstrim.
