Dalam dunia kuliner ada banyak makanan unik dan ekstrem salah satunya adalah makanan ekstrem berbahan dasar tikus.
Bagi sebagian besar orang, tikus mungkin dianggap hama yang menjijikkan dan berbahaya. Namun di beberapa daerah, hewan ini justru menjadi bagian dari tradisi kuliner yang sudah berlangsung turun-temurun. Kuliner Ekstrim akan membahas fenomena makanan ekstrem tikus, dari latar belakang budaya hingga sisi keamanannya.
Daftar Isi
Tikus sebagai Bahan Makanan: Di Mana dan Mengapa?
Penggunaan tikus sebagai bahan makanan bukanlah hal baru. Di beberapa negara seperti Indonesia, Vietnam, Laos, Kamboja, dan bagian pedesaan Tiongkok, daging tikus dianggap sebagai sumber protein alternatif yang murah dan mudah didapatkan. Namun perlu dicatat, yang dimaksud di sini bukanlah tikus got, melainkan tikus ladang atau tikus hutan yang hidup di lingkungan bersih dan mengonsumsi tumbuhan alami.
Di India bagian timur, khususnya di negara bagian Bihar, tikus bahkan menjadi bagian dari perayaan tradisional yang dikenal sebagai festival makan tikus oleh suku Musahar. Mereka percaya bahwa tikus membawa keberuntungan dan menyimpan khasiat kesehatan.
Ragam Olahan Makanan dari Tikus
Meski terdengar ekstrem, daging tikus ternyata bisa diolah menjadi berbagai hidangan lezat — setidaknya menurut masyarakat yang terbiasa mengonsumsinya. Beberapa olahan populer meliputi:
- Tikus goreng kering: Daging dibersihkan, direbus, lalu digoreng hingga kering seperti keripik.
- Tikus panggang: Biasanya dibumbui dengan rempah-rempah lokal lalu dibakar di atas bara api.
- Tikus kari: Dimasak dalam kuah berbumbu seperti gulai atau kari pedas, dan disajikan bersama nasi.
Di beberapa tempat, tikus juga dimasak seperti sate atau dijadikan campuran dalam sup hangat. Rasa dagingnya digambarkan mirip ayam kampung namun sedikit lebih liat.
Baca Juga: Farofa de Formiga: Salah Satu Kuliner Ekstrim dari Brasil
Isu Kesehatan dan Keamanan Konsumsi
Meski menarik dari sisi budaya, konsumsi daging tikus tetap menimbulkan banyak pertanyaan dari segi kesehatan. Tikus, terutama yang hidup di lingkungan kotor, berisiko membawa penyakit seperti leptospirosis, pes, dan tifus. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan kebersihan dan sumber hewan sebelum diolah menjadi makanan.
Di negara-negara yang mengonsumsi tikus, biasanya hanya tikus hutan yang diburu karena lebih aman. Proses pembersihan pun dilakukan secara teliti, bahkan beberapa komunitas memiliki ritual tersendiri sebelum mengolah daging tikus agar dianggap “layak makan.”
Bagi masyarakat luar yang belum terbiasa, tentu saja makanan ini terasa ekstrem dan mengundang rasa jijik. Namun, penting untuk menghargai perbedaan budaya dan tidak langsung menghakimi praktik kuliner yang berbeda dengan yang umum di tempat lain.
Tikus dan Ketahanan Pangan: Perspektif Masa Depan?
Menariknya, beberapa peneliti pangan mulai mempertimbangkan tikus sebagai alternatif protein masa depan, terutama dalam menghadapi krisis pangan global. Dengan pertumbuhan populasi manusia dan berkurangnya sumber protein konvensional seperti daging sapi dan ayam, eksplorasi terhadap sumber protein alternatif semakin terbuka.
Daging tikus, khususnya jenis yang dibudidayakan, bisa menjadi salah satu solusi karena cepat berkembang biak, tidak membutuhkan banyak pakan, dan kandungan proteinnya cukup tinggi. Namun, tantangan utama tetap pada penerimaan masyarakat dan pengelolaan sanitasi yang baik.
Kesimpulan
Makanan ekstrem berbahan dasar tikus memang bukan untuk semua orang. Namun di berbagai penjuru dunia, makanan ini adalah bagian penting dari budaya, tradisi, dan bahkan kebutuhan hidup. Jika diolah dengan benar dan berasal dari sumber yang aman, daging tikus bisa menjadi sumber gizi yang layak. Meski menimbulkan kontroversi, keunikan kuliner seperti ini memperkaya khazanah budaya dunia dan mengingatkan kita bahwa definisi “makanan lezat” sangat bergantung pada tempat dan tradisi.
Manfaatkan waktu anda untuk mengeksplorisasi ulasan menarik lainnya mengenai kuliner Ekstrem hanya di Kuliner Ekstrim.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari sulut.inews.id
- Gambar Kedua dari m.kaskus.co.id