Tarantula goreng, kuliner ekstrem yang menjadi daya tarik unik di Kamboja, menawarkan perpaduan antara rasa ingin tahu dan keberanian.
Camilan ini, yang populer di kalangan penduduk lokal dan wisatawan, memiliki sejarah yang menarik dan profil nutrisi yang mengejutkan. Dibawah ini Kuliner Ekstrim akan membahas asal-usulnya yang sederhana sebagai makanan pokok selama masa kelaparan hingga statusnya saat ini sebagai hidangan eksotis, tarantula goreng telah mengukir tempatnya dalam lanskap kuliner Kamboja.
Daftar Isi
Asal-Usul dan Sejarah Tarantula Goreng
Tarantula goreng menjadi populer di Kamboja pada akhir tahun 1970-an, selama masa pemerintahan Khmer Merah yang brutal. Kelangkaan pangan yang meluas memaksa penduduk untuk mencari sumber makanan alternatif, dan tarantula menjadi pilihan yang mudah diakses dan relatif berlimpah.
Laba-laba itu ditemukan di sarang di dalam hutan lebat dan dapat disiapkan dengan cepat, hanya membutuhkan waktu 10 menit dari penangkapan hingga penyajian. Saat ini, banyak orang berpendapat bahwa penduduk di sana mungkin mulai memakan laba-laba karena kekurangan bahan pangan selama tahun-tahun pemerintahan Khmer Merah.
Popularitas dan Ketersediaan di Kamboja
Saat ini, tarantula goreng merupakan camilan populer di Kamboja, terutama di kota Skuon di Provinsi Kampong Cham. Kota ini terkenal dengan pasar laba-labanya, tempat para wisatawan dapat menemukan jajaran piring yang menawarkan tarantula goreng.
Laba-laba tersebut dibiakkan di lubang-lubang di tanah di desa-desa yang terletak di sebelah utara kota Skuon, dan juga ditangkap dari beberapa lokasi di hutan terdekat. Tarantula goreng juga tersedia di tempat lain di Kamboja, seperti di Phnom Penh.
Cara Memasak dan Resep Umum
Resep tarantula goreng bervariasi, tetapi umumnya melibatkan penyiapan laba-laba dengan bumbu-bumbu seperti garam, gula, dan bawang putih. Beberapa resep juga menambahkan gula karamel dan rempah-rempah lain untuk meningkatkan rasa. Setelah dibumbui, tarantula digoreng dalam minyak panas hingga renyah.
Beberapa orang membilas dan membersihkan tarantula dengan air, lalu mempersiapkan bumbu dasar seperti bawang putih dan cabe merah. Tarantula goreng sering digambarkan memiliki rasa yang mirip dengan kepiting atau ayam.
Teksturnya renyah di luar dan lembut di dalam. Banyak orang menyebut sensasi makan tarantula goreng mirip dengan makan kepiting. Kaki tarantula renyah, sedangkan bagian perutnya memiliki tekstur lengket dengan rasa pedas yang mungkin tidak disukai semua orang.
Baca Juga:
Nilai Gizi dan Manfaat Kesehatan yang Potensial
Meskipun mungkin tampak tidak biasa, tarantula goreng sebenarnya memiliki nilai gizi. Tarantula kaya akan protein, asam folat, dan zinc. Kandungan zinc yang tinggi dalam daging tarantula sangat bermanfaat untuk pertumbuhan anak. Selain itu, tarantula mengandung zat besi dan kalsium.
Protein dari tarantula juga dapat membantu memperlambat proses pelemahan sel-sel otot. Dua ekor tarantula goreng berukuran besar mengandung 1.038 kkal, 110 gram lemak, 3 gram protein, dan 175 gram sodium. Meskipun tarantula goreng umumnya aman untuk dikonsumsi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Gigitan dari mulut tarantula dapat mengandung bakteri berbahaya, seperti tetanus. Bulu-bulu di tubuh tarantula dapat menyebabkan gatal, dan beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi. Meskipun tarantula beracun, racunnya tidak mematikan, dan gigitannya seringkali dibandingkan dengan sengatan tawon.
Tarantula Goreng Dalam Budaya Populer
Tarantula goreng telah menarik perhatian media dan ditampilkan dalam berbagai acara televisi dan artikel perjalanan. Chef Gordon Ramsay pernah mencoba tarantula goreng di acara televisinya, Gordon’s Great Escape. Dia menikmati kaki-kakinya tetapi tidak menyukai bagian perutnya. Kehadiran tarantula goreng di media telah berkontribusi pada popularitasnya sebagai hidangan ekstrem dan eksotis.
Popularitas tarantula goreng telah menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan populasi tarantula. Penggundulan hutan dan pembangunan telah menyebabkan penyusutan habitat laba-laba, dan meningkatnya permintaan dari wisatawan telah menyebabkan perburuan berlebihan. Beberapa penjual telah melaporkan bahwa tarantula menjadi semakin langka dan mahal.
Kesimpulan
Tarantula goreng adalah kuliner unik dan menarik yang menawarkan rasa petualangan dan sejarah. Dari asal-usulnya sebagai makanan pokok selama masa kelaparan hingga statusnya saat ini sebagai hidangan eksotis, tarantula goreng telah menjadi simbol ketahanan dan inovasi kuliner Kamboja.
Sementara daya tarik rasa ingin tahu dan nilai gizi meningkatkan popularitasnya, penting untuk mempertimbangkan implikasi lingkungan dan memastikan keberlanjutan populasi tarantula untuk generasi mendatang. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi informasi terupdate lainnya mengenai Kuliner Extrim lainnya.